Simplicity – Patience – Compassion

Awal Pembinaan Kesadaran Sejati

Telah banyak umat yang membina ajaran “Pembinaan Kesadaran Sejati” dari Bunda Mulia. Dengan membina kesadaran sejati, berarti mereka lahir kembali menjadi mahluk spiritual, sehingga tujuan kehidupannya menjadi kehidupan spiritual untuk mencapai Pencapaian Agung (Tao dan Kebudhaan).

Dalam tahap awal menyadari kesadaran sejati, anda hanya baru mencapai tahap pemahaman perasaan kesadaran sejati. Berhati-hatilah dengan perasaan yang timbul dan cenderung selalu memperdaya kesadaran. Perasaan merasa telah memahami dan mencapai kesadaran, bukan kesadaran sejati yang sesungguhnya.

Walaupun demikian, Jangan anda khawatir atau cepat berputus-asa, karena semua proses ini merupakan proses awal yang baik dalam pembinaan kesadaran sejati. Semua mahluk yang membina kehidupan spiritual harus melewati tahap-tahap yang demikian.

Bagaikan seorang anak kecil yang baru dapat berjalan, dirinya akan merasakan setiap langkah kakinya satu demi satu. Dirinya kadang masih terjerat dengan perasaan yang timbul karena baru merasakan berjalan. Rasa senang dan takut melebur menjadi satu. Perasaan ini timbul mengiringi setiap langkahnya satu demi satu, walaupun kadang kala dirinya tidak dapat menyadari perasaan yang timbul.

Ketika dirinya telah dapat berlari, setiap langkahnya telah menjadi bagian darinya tanpa menimbulkan lagi perasaan senang dan takut. Kedua langkah kaki dan ayunan tangan menjadi suatu ikatan yang seirama dengan sendirinya tanpa timbul gambaran pikiran yang mengaturnya. Bila kita melangkah dan berusaha mengatur ayunan tangan kita, maka tentu langkah kita akan menjadi janggal dan kaku. Demikian pula bila kita menahan tangan agar tidak bergerak sewaktu melangkah, tentu langkah kita akan lebih kaku lagi. Biarkan tangan kita bergerak tanpa harus timbul pikiran yang mengaturnya, maka tangan kita akan bergerak dengan sendirinya seirama dengan langkah kaki kita. Hal ini terjadi karena tanpa timbulnya gambaran pikiran, maka otomatis keserasian gerakan kaki dan tangan akan menyatu menjadi satu-kesatuan yang tidak terpisahkan dalam diri kita. 

Dibalik ajaran ini sesungguhnya saya telah membuka salah satu makna rahasia terbesar dari “Wu-Wei” dalam Tao-Te-Ching. Inilah salah satu gambaran contoh yang sangat sederhana yang dapat saya jelaskan dari “Wu-Wei” (dalam bahasa indonesia, saya pribadi mengartikan: “bergerak tapi tidak melakukan”). Master Lao-Tzu dan Master Chuang-Tzu  telah menjelaskannya sejak lampau, tetapi hingga sekarang sangat sedikit sekali mahluk yang dapat memahaminya. Dimana sejak masa lampau, Para Guru-Guru Besar berusaha memahami makna “Wu-Wei”. Mereka menghabiskan waktu berpuluh-puluh tahun untuk memahaminya, ada yang berhasil tetapi lebih banyak yang gagal.  

Berhati-hatilah para umat yang  telah merasa mengetahui sekilas makna “Wu-Wei” dari keterangan saya diatas, lalu menjadi sombong dan merasa telah memahami keseluruhannya. Saya selalu berusaha untuk menjelaskan ajaran Dharma Mulia dengan bahasa sehari-hari agar  mudah dipahami, tetapi semua ajaran yang saya jelaskan bukan hanya sebagai pengetahuan, tetapi ajaran Dharma Mulia harus dibina dan dihayati sehingga makna yang sesungguhnya dapat dirasakan sendiri. Saya hanya dapat menunjukan, dan anda yang harus membinanya. 

Sekali lagi saya mengingatkan bahwa untuk menghayati makna “Wu-Wei” yang sesungguhnya, syarat utama adalah kesadaran sejati yang telah terbina dan  jernih dari segala kemelekatan pikiran. Bila Kesadaran Sejati telah jernih, maka otomatis anda akan dapat memahami apa yang diungkapkan oleh Master Lao-Tzu dan Master Chuang-Tzu. Walaupun ungkapan kedua Master Sejati ini tampak sangat sulit dipahami dan bahasa yang luar biasa indahnya, tetapi ternyata beliau berdua sama-sama membicara hal yang sama.

Dengan ini saya berani mengatakan bahwa ternyata Master Lao-Tzu dan Master Chuang-Tzu hanya mengungkapkan ajaran yang sangat sederhana sekali. Tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak terhingga kepada Master Lau-Tzu dan Master Chuang-Tzu , saya kembali mengulangi ungkapan ajaran beliau dalam bahasa yang sangat sederhana yaitu KEBENARAN DARI ALAMIAH KESADARAN. 

Beliau tidak merahasiakan atau mengajarkan suatu ajaran yang aneh, mistis,  tidak masuk akall dan sulit dipahami. Mereka bukanlah ahli pembuat puisi yang mengarang kata-kata yang indah tapi sulit dipahami. Beliau hanya mengungkapan tentang KEBENARAN dari alamiah kesadaran dari pembina spiritual, sehingga bagi mereka yang telah mencapainya tentu akan berani mengatakan bahwa memang BENAR sudah layak dan sepantasnya harus demikian. Memang benar bahwa matahari terbit dari timur dan terbenam di barat. Memang benar bila ingin berlari kencang, kita tidak usah memikirkan kapan melangkahkan kaki kedepan dan kapan mengayunkan tangan. Memang benar bahwa bila haus, harus minum untuk menghilangkan dahaga. Dan memang benar, bila lapar harus makan. Demikianlah bila kesadaran telah jernih dan terbebaskan dari kemelekatan gambaran pikiran yang timbul, maka KEBENARAN DARI ALAMIAH KESADARAN  akan terungkap dengan  sendirinya.  

Bagi para umat yang membaca ini, dan langsung merasakan telah dapat memahami makna ajaran yang saya ungkapan ini. Bahkan mungkin merasa kira-kira telah dapat memahami arti “Wu-Wei” dan Kesadaran yang sebenarnya.  Saya ingatkan bahwa bila timbul perasaan yang demikian, hal ini bagaikan seorang anak kecil dalam proses awal berjalan, tetapi dirinya merasa telah dapat berlari kencang.

Walaupun mungkin sekarang merasa telah dapat memahami kesadaran awal yang sebenarnya, tetapi tanyakan kembali dalam diri. Apakah perasaan telah memahami memang benar-benar kesadaran atau hanya merupakan salah satu jelmaan pikiran yang meniru sebagai kesadaran. Pahamilah bahwa kesadaran sejati sesungguhnya tidak menimbulkan perasaan dan pikiran, bila perasaan timbul maka kesadaran sejati akan tertutupi.

Demikian pula jangan berputus asa melewati tahap awal pembinaan kesadaran sejati ini, karena dengan pembinaan yang lebih baik lagi, anda pasti dapat berlari meninggalkan jelmaan pikiran yang selalu membayangi kesadaran. Bilamana sudah dapat berlari, maka kita tidak lagi diperdaya oleh perasaan takut dan senang yang timbul diwaktu pertama kali belajar melangkahkan kaki di masa bayi.