Simplicity – Patience – Compassion

Awal Renungan

Bergerak tetapi tidak melakukan,

ini adalah Tao.

Di zaman sekarang ini, dimana umur manusia semakin singkat, dan sebagian besar waktu kehidupannya banyak tersita dalam kesibukan untuk mempertahankan kehidupan dan memenuhi kebutuhan materi dan kepuasan duniawi. Dengan situasi dan keadaan yang sangat tidak menguntungkan bagi manusia di zaman ini, mengakibatkan Roda 5 Bunga (Roda Dharma Mulia) semakin lambat perputarannya.

Kesulitan untuk mendapatkan guru juga merupakan suatu keadaan yang tidak menguntung, dan banyak manusia hanya terjebak dengan penampilan luar dari para guru tanpa mengetahui kwalitas ajaran guru. Walaupun telah menemukan guru sejati, banyak pula yang hanya membanggakan kehebatan gurunya tanpa menyadari tingkat pencapainya kehidupan spiritualnya. Banyak pula mereka yang hanya mendebatkan dan mendiskusikan arti dari ajaran guru dan kitab-kitab suci tanpa melakukan pembinaan dengan giat.

Banyak pula yang hanya membanggakan segala macam mantra dan ajaran yang didapat dari guru, tanpa benar-benar memahami intisari ajaran dan membinanya. Akhirnya ajaran-ajaran Dharma, mantra-mantra, puja-bakti, meditasi hanya dipelajari sebagai topik ilmu pengetahuan umum yang biasa. Semua ini merupakan karma penghalang, sehingga dirinya tidak lagi menyadari untuk giat membina apa yang telah diberikan oleh guru.

Telah cukup banyak kitab-kitab Dharma yang telah dirangkum hingga sekarang ini, akan tetapi karena keterbatasan makna dari tulisan yang kadang tidak dapat menerangkan makna sesungguhnya. Akhirnya banyak mahluk hidup yang terjebak dalam lingkaran makna dari tulisannya saja. Hal ini akhirnya hanya menjadi bahan perdebatan yang tiada habisnya, khususnya bagi mereka yang hanya menterjemahkan dan mengartikan tulisan kitab-kitab dharma sebatas alam pikiran mereka tanpa melakukan latihan dan pembinaan.

Para mahluk tidak lagi menyadari makna kehidupan spiritual. Bilamana para Guru mereka tidak dapat lagi memberi ajaran dan membimbingnya. Mereka bagaikan sebuah perahu tanpa nahkoda yang terombang-ambing di tengah samudra, sehingga pada akhirnya perahu ini tidak dapat menentu lagi arah dan tujuannya. Habis sudah kebanggaan mereka tentang Matahari dan Bulan (guru dan ajaran), tanpa dapat pernah menjadi Matahari yang sinarnya selalu menerangi seluruh mahluk di siang hari dan Bulan di malam hari.

Selain itu timbulnya Karma Penghalang dari dalam diri, sehingga para mahluk hidup selalu menghendaki bukti yang nyata terlebih dahulu sebelum sadar untuk berlatih giat agar terbebaskan dari lingkaran samsara dan mencapai Pencerahan Agung. Pencarian bukti ini banyak menjebak diri mereka sendiri kedalam lingkaran pencarian yang tiada akhirnya.

Mereka tidak lagi menyadari bahwa mereka telah menghabiskan seluruh waktu dan tenaganya yang sebenarnya hanya untuk memenuhi kepuasan ego mereka sendiri, sehingga akhirnya tiada lagi waktu yang tersisa baginya untuk berlatih secara sungguh-sungguh.

Hal ini telah di ingatkan oleh Buddha Sakyamuni ibarat seorang raja yang terkena panah racun. Raja tersebut hanya memikirkan siapakah yang memanahnya dan tidak memikirkan untuk menyembuhkan luka racunnya terlebih dahulu. Akhirnya raja tersebut meninggal akibat racun yang menyerang tubuhnya.

Lebih parahnya manusia makin tidak perduli bilamana mereka meninggal, walaupun mereka tidak dapat mencapai kesempurnaan. Sekarang manusia tidak mengetahui bagaimana menghadapi dan menghitung hidupnya. Walaupun kehidupan mereka sangat singkat, mereka tidak tahu bagaimana untuk membina dan bermeditasi. Mereka tidak pernah lagi membina agar dapat terlepas dari dari lingkaran samsara yang tanpa akhir.

Bunda Mulia Dewi Yauw Ce Cin Mu sangat prihatin atas para mahluk, dimana mereka telah jatuh kedalam lautan samsara, sehingga mereka selalu mengalami kelahiran kembali lalu meninggal tiada hentinya.

Manusia selalu terjebak dalam pilihan yang sangat sulit yaitu memperjuangkan kehidupan duniawi atau melatih kehidupan spiritual. Bunda Mulia dengan Cinta Kasih Mulia menurunkan suatu intisari ajaran dasar yang kiranya sangat membantu agar manusia tidak lagi terpojok oleh pilihan yang sulit tersebut.

Bunda Mulia Dewi Yauw Ce Cin Mu menurunkan kembali Ajaran Dasar “Pembinaan Roh Sejati” di Hua Lien. Setelah beberapa abad sebelumnya, hampir tidak banyak lagi yang menguasai dan mempergunakannya dengan baik dan benar. Dimasa sekarang ini, Ajaran “Pembinaan Roh Sejati” berkembang dengan pesatnya di Taiwan, semua ini atas kesediaan para pemegang silsilah Ajaran “Pembinaan Roh Sejati” membimbing para mahluk untuk membina kehidupan spiritual.

Ajaran Dasar “Pembinaan Roh Sejati” bagaikan suatu perahu yang dapat mengantar mahluk hidup mencapai Sorga Danau Jade (Tempat Kelahiran Pencerahan Agung). Ajaran Dasar “Pembinaan Roh Sejati” sangat penting sebagai landasan fondasi kehidupan spiritual untuk memutar roda dharma, dan juga sebagai bukti nyata akan adanya energi spiritual (Spiritual Movement, Gelombang Energy Spiritual).

Dengan Kemuliaan dan Cinta Kasih yang tanpa batas dari Bunda Mulia (Dewi Yauw Ce Cin Mu), Bunda Mulia banyak menurunkan ajaran-ajaran mulia, seperti: Ajaran Pembinaan Roh Sejati dan Pembinaan Kesadaran Sejati. Ajaran-ajaran mulia dari Bunda Mulia seluruhnya bertujuan untuk membuka Cinta Kasih Kemuliaan dan Kebijaksanaan Agung, agar dapat membantu para mahluk untuk keluar dari segala penderitaan. Inilah muzizat dan keajaiban terbesar dari ajaran mulia dari Bunda Mulia, yaitu menghancurkan segala penderitaan.