Simplicity – Patience – Compassion

Bunga Putih

Dipagi hari yang cerah saya sedang menikmati keindahan taman kecil di depan rumah, saya melihat ada bunga melati yang harum baunya. Saya menyukai wanginya bunga melati, sehingga timbul niat untuk memilikinya. Kemudian saya petik bunga melati semuanya, dan ditaruh diatas meja tulis.

Hingga malam hari baunya masih terasa harum, dan bunganya tampak masih segar. Perasaan saya begitu senang mencium wangi melati, hingga akhirnya tertidur.

Keesokan harinya terbangun, ternyata wangi bunga melati tampak tidak tercium lagi. Lalu saya lihat di meja ternyata bunga-bunga tersebut telah kering berubah warna menjadi coklat dan harumnya telah hilang.

Timbul perasaan sedih, karena pikiran saya selalu memberikan bayangan akan wangi melati yang begitu segar. Tetapi pikiran saya tidak terpenuhi keinginannya, maka akhirnya menimbulkan emosi sedih.

Lalu saya pergi mandi, tetapi tanpa saya sadari pikiran saya terus timbul membayangi saya untuk mendapatkan bunga melati lagi. Sambil mandi, terus terbayang akan gambaran segarnya wanginya bunga melati. Dengan cepat saya memakai baju, dan mencari bunga melati di taman saya. Ternyata semua bunga melatih telah saya petik kemarin, dan tidak lagi tersisa satupun juga. Gambaran pikiran terus tidak berhenti, menimbulkan berbagai macam gambar kekecewaan akan tidak adanya bunga melati yang tersisa di taman.

Kemudian saya memutuskan untuk pergi mencari penjual kembang di pasar. Setelah cukup lama berkeliling di pasar, akhirnya saya dapat menemukan penjual bunga. Perasaan gembira datang kembali setelah mendapatkan bunga melati yang baru dan segar, gambaran keinginan untuk mendapatkan bunga melati telah terpenuhi. Sampai di rumah, bunga melati tersebut saya taruh kembali di meja dengan perasaan senang. Saya merasa puas karena dapat memenuhi keinginan saya.

Hal-hal lain pada hari ini berjalan mulus tanpa halangan, hingga malam hari saya kembali mau tidur. Lalu saya masih melihat indahnya bunga melati yang saya beli tadi, dan wanginyapun masih tercium kuat di sekeliling kamar.

Ketika banguh keesokan paginya, saya melihat bunga di meja menjadi kering berwarna coklat dan tidak wangi seperti kemarin. Pikiran saya tidak dapat menerima kembali keadaan ini, maka timbul gambaran emosi sedih lagi. Pikiran saya terus memberikan gambaran agar memetik kembali bunga di taman atau membelinya di pasar. Lalu saya mandi dengan perasaan sedih, dan pergi mencari bunga putih.

Kejadian ini terus berulang-ulang, karena bunga -bunga itu tidak tahan hingga pagi hari, dan gambaran keinginan pikiran selalu timbul untuk memberikan gambaran akan keindahan dan harumnya wangi melati.

Bila kita sadari kejadian diatas, kita akan banyak menemukan hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Kita berusaha untuk selalu mencari kebahagiaan, maka kita selalu mencoba untuk memenuhi semua gambaran keinginan pikiran. Ternyata kebahagiaan yang kita dapati dari pemuasan keinginan pikiran, selalu bersifat sementara dan tidak permanen.

( bunga melati masih segar, kita bahagia; tetapi bunganya layu, dan kita sedih kembali )

Kita dapat menganalisa kejadian diatas sebagai berikut:

Pikiran membangkitkan keinginan (ingin memiliki wangi melati). Pikiran yang timbul ini selalu ingin dipenuhi keinginannya. Pikiran membangkitkan emosi. Kita akan merasa gembira saat bunga melati masih segar. Tetapi bila bunganya menjadi layu, kita merasa sedih kembali. Kegembiraan yang kita coba dapatkan ternyata akhirnya hanya menghasilkan kesedihan.

Kepuasan yang didapat oleh pikiran selalu bersifat sementara, karena pemahaman kepuasan pikiran selalu berasal dari luar. Sedangkan unsur luar ini selalu bersifat tidak kekal, dimana bunga segar pasti menjadi layu. Ketidak-kekalan merupakan salah satu sumber penderitaan. Semakin besar keinginan untuk memuaskan keinginan pikiran untuk mendapatkan kegembiraan, ternyata semakin besar kesedihan yang akan kita dapati pada akhirnya.

                                                                                                ( Jakarta, 1995 )