Simplicity – Patience – Compassion

2 Orang Tersesat di Hutan

Dua orang berencana untuk menjelajah hutan, satu membina Kesadaran, satu tidak membina spiritual . Ternyata di dalam hutan mereka tersesat, sedangkan matahari mulai tenggelam di barat.
Keduanya sama-sama mengalami musibah yang tidak terduga dan tidak membahagiakan ini, tetapi tanggapan dan pandangan masing-masing sangat berbeda.

Yang tidak membina Kesadaran, akan mulai merasakan khawatir, takut, cemas yang terus bekelanjutan. Selanjutnya, dia akan mulai menyesalkan keadaan dirinya atau temannya, mengapa harus menjelajahi hutan, sehingga dirinya tersesat sekarang.

Melihat hari mulai gelap, dirinya juga di penuhi oleh berbagai gambaran yang menakutkan, akan binatang buas. Sedikit suara yang timbul saja, seketika itu juga membuat dirinya menjadi takut dan mengira akan datangnya binatang buas yang setiap saat muncul dan akan menerkamnya, dan sebagainya.

Berbagai macam gambaran Pikiran lainnya yang timbul silih berganti tanpa henti, dan terus membuat dirinya menjadi semakin emosinal dan sensitif. Inilah alamiah dari gambaran pikiran, yang memang akan dialami bagi mereka yang tidak membina Kesadaran.

Yang membina Kesadaran, pada awalnya mungkin juga mulai merasakan khawatir, takut, cemas juga. Tetapi kemudian dirinya mulai menyadari dan memahami timbulnya gambaran pikiran yang demikian adalah wajar, sehingga Kesadaran tetap terjenihkan. Menjelajah hutan, lalu tersesat, bahkan hingga menjelang malam, bagi pembina Kesadaran akan memahami bahwa semua itu adalah satu proses kesatuan yang tidak terpisahkan. Itu adalah bagian dari alamiah kehidupan yang sekarang dihadapi dengan Kesadaran yang tetap jernih, tanpa harus diperdaya terus oleh berbagai gambaran Pikiran yang menyeramkan.

Selanjutnya, saya tidak akan menjelaskan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh pembina Kesadaran dalam  menghadapi keadaan tersesat di hutan.

Dengan Kesadaran yang jernih, masalah Bagaimana dan Apa, masalah Tujuan dan Hasil, masalah Sebab dan Akibat, juga tidak akan mempengaruhi Kesadarannya. Jadi semua itu bukan hal yang terpenting, justru hal yang terpenting adalah menjaga Kesadaran selalu jernih setiap saat.

Walau terjadi keadaan yang terburuk, mereka mati dimakan binatang buas, saya dapat pastikan bahwa salah satu akan mati dalam ketakutan, dan dapat menjadi setan gentayangan.

Bilamana ada kesempatan untuk bertahan hidup, manakah yang mempunyai kesempatan lebih besar ?
Walau karma dan keberuntungan juga sangat menentukan, tetapi dia yang dapat  menghadapi keadaan dengan lebih tenang, tentu memiliki peluang untuk mencari jalan keluar lebih baik.

Mana yang lebih menderita ?
Walau keduannya sama-sama mengalami musibah yang tidak menyenangkan, tetapi sungguh kasihan lagi bagi yang sudah mengalami musibah, dan harus ditambah dengan merasakan berbagai ketakutan dan ketidak stabilan emosi yang bersumber dari ciptaan gambaran-gambaran pikirannya sendiri.

Ini yang saya maksud dengan ungkapan saya,
“Belum masuk Neraka, sudah merasakan Panasnya Api Neraka Pikiran.
Tidak terbayangkan, bagaimana bila sudah di Neraka yang sebenarnya ?”

                                                                                                                ( June, 2002 )