Simplicity – Patience – Compassion

Alamiah Dari Ajaran Agama

catatan editor: penayangan tulisan ini untuk tujuan positif dan kesatuan umat-beragama khususnya di Indonesia. Jika timbul kesalah pahaman, kiranya dapat diralat. Sarwa Mangalam: webmaster@goldenmother.org

Agama Buddha sangat menekankan agar para umat tidak melakukan perbuatan
“yang mengakibatkan penderitaan terhadap mahluk lainnya”.
Makna dari “mahluk lainnya” tidak hanya terbatas pada alam manusia saja, tetapi juga meliputi alam dewa, asura, binatang, setan kelaparan, hingga setan-setan neraka.

 

Bagi umat penganut ajaran Buddha, perbuatan membunuh binatang juga termasuk perbuatan yang tidak dibenarkan. Membunuh binatang juga mengakibatkan penderitaan terhadap binatang tersebut, sehingga perbuatan ini termasuk karma buruk yang akan menghasilkan sebab-akibat penderitaan di masa mendatang. Dalam ajaran agama Buddha juga dijelaskan bahwa segala karma yang telah diperbuat oleh para mahluk, tidak akan dapat dihilangkan, dibersihkan atau dihapuskan. Inilah dasar alamiah dari Hukum Sebab-Akibat.

 

Dengan memiliki alamiah dari ajaran Buddha, untuk tidak melakukan segala perbuatan yang mengakibatkan penderitaan terhadap mahluk lainnya. Maka ajaran agama Buddha memiliki beberapa kekosongan yang tidak dapat dijalankan sepenuhnya kepada seluruh mahluk.

 

Dimana salah satu permasalahan yang saya lihat. Tanpa adanya penyerasian dan penyesuaian yang khusus, ajaran agama Buddha akan sangat sulit dijalankan sepenuhnya oleh masyarakat nelayan, yang mengantungkan hidupnya dengan menangkap ikan. Bagi para penduduk ditepi pantai untuk merubah gaya hidup yang telah turun temurun sebagai nelayan sangat sulit dilakukan, bahkan keadaan alam ditepi pantai kadang sangat tidak memungkinkan untuk mencari nafkah dengan cara lainnya.

 

Saya memandang kekosongan yang ada ini, BUKAN disebabkan oleh keterbatasan atau ketidak mampuan dari ajaran agama Buddha. Tetapi lebih disebabkan karena alamiah kebutuhan para mahluk yang tidak terbatas. Sehingga saya melihat timbulnya kekosongan ini, sebagai suatu keindahan dan keunikan yang dimiliki oleh ajaran agama Buddha.

 

Jikalau setiap ajaran dapat mememuaskan kebutuhan dan keinginan para mahuk yang tidak terbatas, maka ajaran yang demikian akan dianggap sebagai hal yang umum dan biasa. Bagaikan sinar matahari, yang dapat dinikmati oleh seluruh mahluk. Akhirnya mereka tidak lagi merasakan betapa penting dan berharganya sinar matahari yang dinikmatinya setiap hari.

 

Demikian pula dengan keinginan akan kelezatan makanan dari setiap mahluk, sudah tidak memungkinkan untuk membuat satu macam makanan yang dapat memuaskan keinginan dan kenikmatan seluruh mahluk.

 

Bila kita pahami, bukankah sebenarnya rasa nikmat yang dirasakan hanya sebatas lidah dan beberapa detik saja. Bila kita telah memahami alamiah keinginan para mahluk yang tidak terbatas ini. Maka kita akan dapat memahami, bagaimana mungkin satu ajaran agama dapat memuaskan keinginan akan kebutuhan kehidupan spiritual bagi seluruh mahluk.

 

Maksud saya menjelaskan alamiah dari agama ini, bukan untuk melihat hal-hal yang negatif. Tetapi saya melihat dengan jelas keindahan alamiah dari setiap agama, yang masing-masing memiliki keindahan dan keunikan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Alamiah ini memang harus terjadi, karena keinginan manusia yang tidak terbatas, dan tingkat pencapaian spiritual para mahluk yang berbeda-beda.

 

Sebagaimana saya melihat suatu keindahan yang saling melengkapi. Ajaran agama Buddha di Indonesia, juga dibawa oleh para pedangan dari India. Dan ajaran agama Buddha ini, justru berkembang dengan pesatnya di daerah perdalaman dibandingkan dengan daerah pantai yang merupakan tempat singgah pertama bagi para pendatang.

 

Ketika zaman kejayaan ajaran Buddha Shiva di tanah jawa, ajaran Buddha Shiva banyak dianut oleh para penduduk yang hidup didaerah perdalaman dan pengunungan. Penganut Buddha Shiva biasanya bukan dari para nelayan, tetapi para petani, buruh, industri kecil, dsb. Sehingga mereka akan membangun tempat ibadah di sekitar lingkungan kehidupan mereka yang memang agak berjauhan dari pantai. Dan kita masih dapat melihat banyaknya candi-candi peninggalan mereka seperti candi Borobudur, candi Prambanan, candi Mendut, dsb, yang memang letaknya jauh dari kehidupan para nelayan ditepi pantai

 

Berbeda dengan para penduduk perdalaman yang telah memiliki ajaran untuk pembinaan kehidupan spiritual yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari mereka. Para nelayan ditepi pantai juga sangat mendambakan ajaran pembinaan kehidupan spiritual yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Dengan masuknya ajaran agama Islam, maka ajaran agama Islam ini melengkapi kebutuhan pembinaan kehidupan spiritual yang sangat didambakan oleh para nelayan.

 

Disini saya mencoba menjelaskan dan meluruskan salah satu sejarah bangsa Indonesia dari sudut pandang lain. Sejarah bangsa Indonesia menerangkan bahwa masuknya agama Islam di Nusantara yang dimulai dari daerah pinggir pantai, karena dampak dari adanya kasta-kasta di dalam agama Buddha Shiva. Walaupun memang pengaruh kasta juga turut mempengaruhi pesatnya perkembangan agama Islam yang tidak memiliki perbedaan kasta, tetapi pengaruh utama para nelayan memeluk agama Islam dengan pesatnya, karena memang ajaran agama Islam lebih sesuai dengan alamiah kehidupan para nelayan dipinggir pantai, yang memang alamiah kehidupannya saat itu tidak dapat menjalankan agama Buddha Shiva dengan sepenuhnya, karena tidak selaras dengan Ajaran untuk tidak melakukan perbuatan yang mengakibatkan penderitaan bagi mahluk lainnya, termasuk ikan-ikan dilaut. 

Alamiah Ajaran Agama Islam

Salah satu alamiah ajaran agama Islam yang mempunyai dasar pemahaman hak dan kewajiban antara suami-istri, menjadikan ajaran agama Islam lebih sulit dijalankan oleh bangsa kulit putih Amerika. Penduduk kulit putih Amerika telah terbiasa mempunyai pandangan dasar hukum persamaan hak asasi antara lelaki dan wanita yang benar-benar sama dalam segala hal, baik didalam kehidupan sehari-hari dan hukum. Serta berkembangnya pergaulan yang lebih bebas antara wanita dan pria di eropa dan amerika, menjadikan alamiah ajaran agama Islam terasa membatasi pergaulan bebas mereka.

 

Dalam ajaran agama Islam, memiliki alamiah yang memungkinkan kaum lelaki untuk memiliki lebih dari satu isteri, tetapi sebelumnya kaum lelaki harus memenuhi kewajiban dan alasan yang sangat ketat. Alamiah ini sangat sulit diterima oleh kaum wanita amerika, yang sejak kecil telah terbiasa akan persamaan hak asasi antara lelaki dan wanita. Disini saya juga melihat keindahan akan peranan ajaran agama lainnya, yang saling menutupi timbulnya kekosongan-kekosongan alamiah dari keaneka ragaman kehidupan manusia di seluruh dunia.

 

Perbedaan pemahaman yang demikian juga bukan untuk dibanding-bandingkan, untuk mencari paham mana yang benar, dan paham mana yang salah. Tetapi timbulnya sedikit perbedaan paham yang demikian, karena memang ada perbedaan alamiah keadaan dan kondisi yang berbeda dari para mahluk.

 

Saya melihat berkembangan ajaran agama Islam, diliputi berbagai peperangan. Sehingga banyak korban perang, terutama kaum lelaki. Banyaknya isteri yang menjadi janda, karena suaminya meninggal. Dan jumlah wanita yang tidak sebanding dengan lelaki. Maka alamiah keadaan ini menjadikan timbulnya pemahaman yang demikian di dalam perkembangannya.

 

 

Alamiah Ajaran Agama Nasrani

Demikian pula dengan ajaran agama Nasrani (katholik). Sangat disayangkan, Yesus menyebarkan kebenaran ajaranNya hanya dalam waktu yang sangat singkat sebelum disalibkan. Keterbatasan waktu yang minim ini, menjadikan alamiah ajaran agama kristen menjadi lebih minim dan singkat dibandingkan dengan agama lain yang lebih memiliki berbagai macam ajaran yang lebih lengkap. Terutama dalam hal pembinaan kehidupan spiritual, dan pengetahuan tentang kehidupan mahluk-mahluk alam lainnya.

 

Yesus hanya menerangkan adanya gangguan setan yang menggoda manusia untuk mengingkari Tuhan, dan seluruh agama juga mengakui akan kebenaran ajaran Yesus ini.

Tetapi sangat disayangkan, para umat nasrani cenderung untuk berpikir bahwa mahluk-mahluk halus lainnya yang tidak tampak oleh mata manusia juga termasuk setan-setan yang menggoda manusia untuk mengingkari Tuhan. Keadaan alamiah ini memang timbul, karena dalam ajaran agama Nasrani, tidak dikenalnya secara detail pengetahuan akan  bangsa jin, setan kelaparan, setan gentayangan, dsb.

 

Keadaan alamiah dari ajaran agama Nasrani yang diajaran oleh Yesus dalam waktu singkat dan minim, bukan merupakan suatu kelemahan dari ajaran agama Nasrani. Disini letak keindahan dan keunikan dari ajaran yang diajarkan oleh Yesus. Yesus yang sejak awalnya telah mengetahui akan singkatnya kehidupanNya sebagai manusia di dunia ini. Tentu telah mempersiapkan akan suatu ajaran yang paling penting bagi menolong umat manusia. Dengan demikian tentunya, Yesus lebih mengutamakan dalam mengajarkan ajaran-ajaran yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Keadaan alamiah yang demikian, menjadikan ajaran Yesus lebih memfokus pada pembinaan diri manusia. Sehingga pengetahuan dan ajaran lain tentang mahluk-mahluk halus lainnya, mungkin tidak diutamakan oleh Yesus.

 

Disini saya melihat akan kebenaran dan keindahan lain yang tersebunyi dalam alamiah singkatnya Yesus mengajar, yaitu: Membina kehidupan spiritual diri sendiri adalah jauh lebih penting, dibanding hanya memahami dan mengetahui kehidupan mahluk-mahluk halus lainnya. Dengan kata lain, Walau hanya berfokus untuk membina kehidupan spiritual diri sendiri, tanpa harus dipusingkan dengan berbagai pengetahuan akan alam mahluk lainnya, sorga, neraka, dsb. Yesus menunjukan para umatnya tetap akan dapat mencapai sorga pula.

Disisi lain, walau Yesus tidak menjelaskan lebih dalam tentang kehidupan mahluk-mahluk yang demikian, bukan berarti bahwa mereka itu tidak ada. Tetapi sangat disayangkan, banyak umat Nasrani yang mempunyai pandangan bahwa bila Yesus tidak menerangkan atau mengajarkan, berarti mahluk yang demikian tidak ada. Kendala seperti ini juga pernah dialami oleh para tetinggi agama Nasrani diwaktu lampau, ketika menolak akan teori tentang bumi bukan sebagai pusat alam semesta, dan bumi yang bergerak mengelilingi matahari. Walaupun setiap hari mereka sebenarnya berada di dalam keadaan alamiah dari bumi yang berputar mengelilingi matahari, dan telah dijelaskan oleh banyak ahli pengetahuan akan teori bumi yang bulat. Tetapi para tetinggi agama Nasrani tidak dapat menerima teori yang sudah didukung oleh banyak bukti-bukti yang kuat. Alasan utama mereka menolak teori-teori tersebut, hanya karena semata-mata pemahaman mereka akan “Diluar Kitab Suci adalah salah.”.

Kendala pemahaman “Diluar Kitab Suci adalah Salah”, tidak hanya timbul dalam agama Nasrani, tetapi timbul juga dalam agama-agama lainnya. Dalam hal ini, saya melihat bahwa timbulnya kesalah pahaman ini bukan berasal dari kitab suci atau ajaran agama manapun. Kesalah pahaman ini terjadi karena sebagian kelompok umat yang selalu cenderung untuk berpikir bahwa apa yang TIDAK tertulis dalam kitab suci, berarti tidak ada atau tidak dapat diterima lagi sebagai suatu kebenaran. Dimana sebenarnya, kitab suci TIDAK pernah menutup akan kebenaran-kebenaran lain, dan kebenaran adalah bagian dari keyakinan dan Pemahaman dalam pembinaan spiritual itu sendiri. Jadi KITAB SUCI TIDAK akan bertentangan dengan Kebenaran, begitu juga sebaliknya, keyakinan dan Pembinaan Spiritual tidak akan bertentangan dengan Kebenaran Alamiah.

 

Alamiah Pembaharuan

Lalu timbul suatu pertanyaan: Apakah perlu adanya  pembaharuan ?

Pembaharuan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat di hentikan, seperti anak bayi yang terus berkembang setiap saat. Jadi perlu atau tidaknya pembaharuan bukan hal yang penting, karena merupakan proses alamiah dari kehidupan manusia yang selalu mengalami perubahan. Seperti halnya anak bayi, yang terus dibimbing kearah yang benar dan baik, demikian pula Pembaharuan seharusnya di arahkan dengan sebenar-benarnya, sehingga tidak menyimpang dari Kebenaran Alamiah, Kitab Suci, Ajaran Dasar, dan yang sangat penting adalah tetap menjaga Sakralitas dari masing-masing agama.