Simplicity – Patience – Compassion

Alasan Menjalankan Pembinaan Spiritual

Seorang umat bertanya mengapa saya memutuskan untuk menjalankan kehidupan spiritual. Alasan saya berawal dari logika yang sangat sederhana, dimana saya banyak melihat segala macam kepalsuan dan ketidak abadian.

Setiap mahluk mengejar apa yang mereka anggap sebagai kebahagiaan, tetapi setelah tercapai apa yang dianggapnya sebagai kebahagiaan akan perlahan-lahan hilang dan berganti dengan yang lainnya. Inilah yang saya anggap sebagai kepalsuan, dimana kebahagiaan yang kita usahakan selama ini hanya kebahagian yang palsu.

Saya melihat seorang anak perempuan yang memainkan boneka bayinya, dirinya menganggap sebagai ibu dari boneka bayinya. Segala kelakuan, ucapan, dan ekpresinya benar-benar menyatu dalam permainannya, kadang tampak anak perempuan ini menyayangi bonekanya kemudian memarahinya dan tampak kesedihan diwajahnya, lalu mendadak menjadi ekpresi kegembiraan, semuanya yang datang saling berganti-gantian. Anak perempuan ini menganggap permainannya sangat menyenangkan.

Semua orang dewasa mengetahui bahwa anak kecil akan tumbuh menjadi dewasa, dan setelah anak perempuan ini tumbuh dewasa maka boneka bayinya tidak lagi dapat memberikan kepuasan kebahagiaan seperti sebelumnya. Sebagai orang yang telah tumbuh dewasa, kita dapat memahami bahwa kebahagiaan anak perempuan ini bukan suatu kebahagiaan yang abadi. Tetapi sang anak perempuan selalu menganggap bahwa kebahagiaan dalam permainannya adalah kebahagiaan yang sebenarnya.

Demikian pula saya melihat para orang dewasa yang sedang bermain-main dengan nama, karier, jabatan, kedudukan, uang, dsb. Mereka sedang sibuk bermain dengan mainannya masing-masing. Mereka akan senang bilamana mendapatkannya, dan merasakan kesedihan bilamana gagal dalam mendapatkannya. Semua kegembiraan dan kesedihan datang silih berganti tiada hentinya. Mereka selalu menganggap bahwa mainannya mereka dapatkan adalah sumber utama kebahagiaannya.

Saya menyadari dengan sebenarnya bahwa setelah menginjak usia lanjut dan menyadari bahwa kematian telah hampir datang, semua mainan yang telah mereka dapatkan tidak ada yang dapat membantunya menghadapi kematiannya. Kebahagiaan yang selalu mereka usahakan dengan berbagai cara akhirnya akan hilang dalam sekejab, walaupun mereka telah mendapatkannya. Kebahagiaan yang mereka capai merupakan kebahagiaan yang tidak abadi.