Simplicity – Patience – Compassion

Karma Guru Jatuh Pada KeluargaNya ?

Bagi Guru atau Master yang berkeluarga,
Masalah keluarga sama seperti lainnya.
Bedanya, Bagaimana cara menghadapinya.

Saya banyak sekali mendengar perkataan para umat yang mengatakan, bahwa Karma seorang Guru, akan jatuh pada keluargaNya. Bahkan di bulan desember tahun Naga, ada seorang umat yang cukup berumur, dan sudah lama menjalankan pembinaan spiritual dari berbagai Guru Spiritual, mengatakan langsung kepada saya bahwa: “Bagi seorang Guru atau Master, walau Beliau dapat menghindar dari karma, tetapi akhirnya karmanya akan jatuh kepada isteri dan anaknya. Terbukti banyaknya Guru Spiritual, dimana para umatnya sangat respek kepadaNya, tetapi anaknya sendiri sangat kurang ajar kepadaNya. Dan keluarga mereka, juga tidak lagi harmonis.”

Mendengar perkataan umat ini, saya mencoba mengingat satu-persatu para Guru Spiritual yang saya kenal. Perkataan umat ini memang tampak ada benarnya juga. Saya banyak memahami kehidupan keluarga dari beberapa Guru Spiritual yang mengalami masalah besar dengan isteri dan anaknya, tetapi saya juga mengenal beberapa Guru Spiritual, yang kehidupan keluarganya tidak demikian besar. Walau, bila dibandingkan, mereka yang memiliki masalah keluarga dengan isteri dan anak jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki masalah demikian.

Ada beberapa Guru Spiritual yang saya kenal, dan tampak Beliau tidak banyak menghadapi masalah besar dalam keluarganya. Dan yang luar biasanya, saya melihat bahwa Guru Spiritual yang termasuk dalam kategori yang tidak mengalamai masalah besar dalam keluarga, semuanya berumur diatas 65 tahun.

Setelah saya pahami lebih dalam, ternyata pada zaman kehidupan Guru tersebut memang keadaan alamiah lingkungan dan tradisinya juga menunjang. Dimana tradisi pada zaman itu, bagi isteri dan anak dari seorang Guru Spiritual, justru mempunyai kewajiban yang jauh lebih berat untuk mengurus keperluan Guru tersebut. Bila terjadi apa-apa dengan Guru tersebut, maka yang disalahkan adalah isteri dan anaknya terlebih dahulu, karena tidak dapat merawat dengan benar. Isteri dan anaknya tampak benar-benar menghormati Beliau, dan kadang cenderung menjadi rasa takut yang berlebihan.

Jika dipandang dari masa sekarang, mungkin kehidupan Guru ini dapat dikatakan sangat diktator. Dimana apa yang dikatakan Guru, merupakan suatu perintah yang tidak dapat dibantah oleh isteri dan anaknya sekalipun. Isteri dan anaknya, secara tidak langsung dituntut oleh para umat untuk mengabdi sebagai yang melayani kebutuhan sang Guru. Dan memang pada zaman tersebut, hanya seorang Guru Spiritual yang memiliki dasar pengetahuan dan pembinaan yang jauh lebih tinggi dibanding umat dan keluarganya.

Keadaan zaman semakin berubah, dimana hak dan kewajiban seorang isteri, semakin sederajat dengan suaminya. Berkeluarga tidak lagi berarti, pengabdian sepihak dari seorang isteri kepada suaminya, tetapi lebih bertumpu pada membentuk bersama suatu kehidupan yang harmonis.

Disegi lain, pendidikan semakin tinggi, sehingga anak-anak semakin kreatif dan bebas mengemukakan pendapatnya. Anak-anak tidak lagi takut terhadap orang tuanya, tetapi mereka harus menghormati orang tuanya. Orang tua dapat menjadi temannya, dalam bertukar pikiran. Sebaliknya, anak-anak dapat lebih terbuka terhadap orang tua. Berbagai cara pendekatan dilakukan, untuk membina hubungan yang harmonis. Dan, Untuk di zaman sekarang ini, seorang anak yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya, adalah hal yang biasa.

Saya tidak mengartikan bahwa kehidupan sekarang lebih baik, dibanding di masa lampau. Tetapi saya lebih melihat, setiap zaman memiliki alamiah tersendiri yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang alamiah.

Demikian pula, alamiah keadaan kehidupan para Guru Spiritual di zaman sekarang, yang cenderung mendapat masalah lebih besar dari isteri dan anaknya. Sehingga banyak umat yang berpandangan, bahwa karma Gurunya jatuh ke isteri dan anaknya, sehingga anaknya berani kurang ajar, bahkan menjalani kehidupan yang bertentangan dengan orang tuanya.

Kendala yang timbul ini, merupakan keadaan alamiah yang banyak dialami oleh Guru Spiritual di zaman sekarang. Dan, kendala ini juga dapat dijelaskan dengan logika di zaman sekarang.

Di zaman sekarang ini,
    dimana informasi dapat tersebar dengan cepatnya.
Demikian pula, Ajaran Dharma seorang Guru,
    yang akan tersebar dengan cepatnya.

Semakin cepat dan luas Ajaran DharmaNya,
    semakin banyak yang mendengarnya.

Semakin banyak yang mendengar,
    semakin banyak yang menjadi umatnya.

Semakin banyak umatnya,
    semakin banyak waktu bagi umatnya.

Semakin banyak waktu bagi umatnya,
    semakin sedikit waktu bagi keluarganya.

Semakin sedikit wakltu bagi keluarganya,
    semakin renggang ikatan keluarganya.

Dan seterusnya……

Anak-anak yang kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, akan cenderung memiliki karakter yang lebih mudah memberontak. Sehingga bagi masyarakat umum, anak-anak yang demikian tampak berkelakuan agak kurang hormat kepada orang tuanya.

Inilah alamiah yang sebenarnya, yang banyak dialami oleh para Guru Spiritual dalam kehidupan keluarganya.

Kembali membahas pernyataan umat diatas, “Bagi seorang Guru atau Master, walau Beliau dapat menghindar dari karma, tetapi akhirnya karmanya akan jatuh kepada anak dan istirinya”.

Saya harus mengetahui lebih lanjut lagi, “Karma apa yang dimaksud ? sehingga seorang Guru Spiritual dapat terhindar, tetapi membiarkan karmanya jatuh pada istri dan anaknya”.

Saya dapat mengatakan, jangankan seorang Guru Spiritual. Bila seorang kepala keluarga yang normal saja, mengetahui adanya suatu musibah akan menimpa dirinya. Dan bila dirinya menghindar, maka musibah itu akan menimpa istri atau anaknya. Apakah kepala keluarga ini, akan membiarkan dirinya menanggung sendiri musibahnya, atau menghindar sehingga jatuh kepada isteri dan anaknya ?

Jika karma yang dimaksud demikian, saya akan pastikan bahwa pernyataan tersebut adalah Omong Kosong belaka. Bahkan seekor rusa, tidak akan menyerahkan anaknya kepada seekor macan, sebagai pengganti dirinya. Yang ada adalah sebaliknya, orang tua akan mengorbankan apapun buat anaknya, bukan sebaliknya.

Tetapi bila karma yang dimaksud, untuk menjelaskan karena welas asih sang Guru yang demikian besar untuk lebih banyak mahluk, sehingga berdampak kurangnya perhatian dan waktu bagi isteri dan anaknya. Dan Beliau benar-benar memahami, akan pengorbanan kehidupan keluarganya, dan menanggung akan sepenuhnya segala sebab dan akibatnya, dimasa sekarang dan dikemudian hari. Dengan demikian, apapun yang terjadi dan dilakukan oleh isteri dan anaknya, Beliau dengan sepenuhnya memahami mengapa keluarganya berbuat demikian. Beliau tidak akan menyalahkan isteri dan anaknya sedikitpun, tetapi Beliau justru memahami bahwa isteri dan anak Beliau yang sebenarnya turut berkorban lebih banyak bagi seluruh umatnya.

Jika yang dimaksud adalah Karma yang demikian, saya akan balik bertanya kepada umat ini. Apakah pantas sebagai umat yang mengetahui keadaan alamiah dari Guru dan keluarganya, hingga sampai hati berkata yang tidak baik kepada sang Guru, isteri dan anakNya, yang telah berkorban demikian besarnya bagi seluruh umat ?