Simplicity – Patience – Compassion

Keinginan dan Rasa Lapar

Murid: “Jika tidak ada keinginan, mengapa kita harus makan ?”

Master: “Saya makan, karena saya lapar.”

Murid: “Apakah rasa lapar timbul dari keinginan untuk makan ?”

Master: “Tidak seluruhnya benar. Saya merasa lapar, karena saya memiliki tubuh ini, dan tubuh saya membutuhkan energi untuk dapat bergerak. Kebutuhan akan energi dari tubuh saya diterjemahkan oleh otak saya sehingga timbul rasa lapar yang alamiah. Rasa lapar yang timbul secara alamiah, berbeda dengan gambaran jelmaan keinginan dari pikiran. “

Murid: “Mengapa makan, jika tidak ada keinginan ?”

Master: “Saya makan bukan untuk memenuhi keinginan yang timbul dari pikiran, saya makan setiap hari untuk menjaga agar tubuh selalu dalam kondisi prima. Dengan tubuh yang prima, tentu akan lebih bemanfaat dalam menjalankan tugas dari Bunda Mulia. Bila tubuh tidak mudah lelah, tentunya saya dapat lebih banyak menolong para mahluk yang membutuhkan bantuan.”

Murid: “Benar, kita semua harus makan.”

Master: “Jika tidak makan bagaimana saya bisa berada disini dan mengajarkan anda sekalian. Bukankah dengan demikian saya makan demi kepentingan para mahluk lainnya.”

Murid: “Kalau demikian saya makan demi kepentingan mahluk lain juga.”

Master: “Benar, anda makan juga demi kepentingan mahluk lain termasuk keluarga anda. Bayangkan jika anda mogok makan, maka keluarga anda pasti akan kalang kabut. Tetapi juga sebaliknya, jika anda setiap saat makan tanpa hentinya. Keluarga anda pasti akan kalang kabut.”

Murid: “Saya mengerti sekarang.”

Master: “Bagus. Harus dipahami bahwa ketika makan, saya hanya makan sebagaimana adanya. Disaat sedang makan, kesadaran harus selalu jernih dan memahami tidak ada lagi keterikatan akan pikiran yang timbul. Apakah ketika makan anda menyadarinya seperti ini ?”

Murid:”Saya tidak mengerti.”

Master:”Bagus sekali. Anda telah mengerti mengapa anda harus makan. Selanjutnya ketika makan, jagalah ketidak-tahuan ini. Maka ketika rasa lapar timbul dan ketika sedang makan, anda terbebaskan dari segala keterikatan pikiran.”