Simplicity – Patience – Compassion

keyakinan & Logika

Walaupun keyakinan adalah sangat penting dalam pembinaan Spiritual, tetapi saya mempunyai pandangan lain. keyakinan tidak akan lengkap, jika tidak dilandasi oleh pemahaman akan Logika yang sebenarnya dari keyakinan tersebut.

Sebagai seorang sarjana computer science, yang terbiasa berpandangan segalanya berdasarkan Logika. Sayapun mengakui bahwa saya terbiasa menjalankan kehidupan sehari-hari dengan pandangan dan analisa yang berpegang pada Logika. Bahkan dalam pembinaan kehidupan spiritual, saya tetap terbiasa berpandangan berdasarkan pengetahuan Logika saya.

Dan saya juga mengakui, bahwa Logika saya sangat terbatas pada kemampuan intelektual pengetahuan saya. Keterbatasan Logika yang saya miliki ini, membuat saya harus mengimbanginya dengan Pengetahuan Spiritual dan Kebijaksanaan yang kuat.

Mungkin dapat saya gambarkan sekilas, bahwa jika keyakinan adalah pandangan utama saya, maka Logika adalah Dasar dari keyakinan saya, dan Kebijaksanaan adalah pedomannya. Sehingga, dapat dikatakan, “Besarnya keyakinan saya dalam pembinaan Kehidupan Spiritual, tidak lepas dari kemampuan Logika dan kebijaksanaan saya dalam memahami Ajaran Spiritual tersebut”.

Banyak sekali pengetahuan ajaran-ajaran spiritual yang saya dapatkan dari para Guru saya, hingga berbagai Mahluk Suci. Tetapi tidak semua pengetahuan dan ajaran tersebut, dapat saya jalankan dan bina sepenuhnya. Terutama pada Ajaran-ajaran yang sulit atau tidak dapat dipahami oleh kemampuan Logika saya yang terbatas ini.

Dalam mempelajari pengetahuan dan kisah-kisah spiritual, saya juga banyak berpegang pada pengetahuan logika saya. Seperti halnya, bila di masyarakat tertentu mengatakan bahwa di bulan terdapat kelinci besar yang dipelihara oleh salah satu Bodhisattva tertentu, dan mereka sangat mempercayainya karena benar-benar terbukti, adanya gambar kelinci di bulan yang selalu mereka lihat setiap saat. Secara pribadi, Pengetahuan seperti ini, sangat sulit bagi saya untuk dapat menerimanya, karena kepercayaan yang demikian tidak dapat diterima oleh kemampuan Logika saya.

Dimana pengetahuan Logika saya memahami bahwa di bulan, tidak terdapat seekor kelincipun. (Mungkin akan terjadi di masa yang akan datang, bila manusia mulai dapat memelihara kelinci-kelinci di bulan). keyakinan masyarakat yang mempercayai akan adanya seekor kelinci besar di bulan, tidak dapat diterima dan dipahami dalam Logika saya.  Dan berdasarkan pengetahuan Logika saya, saya mengetahui bahwa gambar yang menyerupai kelinci besar di bulan, merupakan gambaran permukaan bulan yang terpantulkan oleh sinar matahari.

Mungkin mereka tidak akan menerima penjelasan saya, dan balik bertanya: “Jika memang pantulan dari gambaran permukaan bulan. Mengapa selalu tampak gambar kelinci di bulan ? Bukankah bulan mempunyai banyak sisi-sisi yang berbeda. Seharusnya, gambar yang tampak di bulan tidak mungkin selalu sama setiap saat.”

Jika saya jelaskan, karena adanya daya tarik menarik antar planet yang sedemikian rupa, dan perputaran bulan yang mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari. Alamiah keserasian ini membuat satu sisi permukaan bulan yang menghadap ke bumi selalu sama. Dengan demikian, kita hanya dapat melihat satu sisi permukaan bulan yang sama dari bumi, sedangkan sisi lainnya tidak pernah terlihat dari bumi.

Mereka yang terbiasa mempunyai keyakinan akan kelinci besar dari peliharaan Bodhisatva di bulan, akan sangat sulit merubah keyakinan mereka. Sehingga mereka langsung menutup diri, untuk menerima dan memahami Logika yang saya jelaskan. Apalagi untuk mempercayai, apa yang saya jelaskan kepadanya.

Sebagai seorang Sarjana Komputer, saya dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan Logika secara singkat, dimana pada dasarnya Logika dapat dijelaskan “Jika bukan 1, maka 0. Jika bukan 0, adalah 1”, atau “Jika tidak Salah, maka Benar. Jika tidak Benar, adalah Salah”.

Walaupun Logika ini tampaknya sangat sederhana, tetapi kadang sangat sulit dipahami oleh mereka yang bukan seorang Sarjana Komputer. Dimana semua Sarjana Komputer, akan memahami dan membenarkan adanya : “A = A + 1”. Apakah Sarjana-sarjana lainnya, dapat memahami kebenaran “A = A +  1” ?

Disini jelas bahwa kemampuan Logika setiap mahluk, juga berbeda-beda. Perbedaan dalam kemampuan Logika ini, yang menjadikan timbunya banyak perbedaan keyakinan dari setiap mahluk. Tetapi perbedaan yang timbul dalam kemampuan Logika, merupakan perbedaan yang baik dan positif, dan tidak mengarah pada kefanatikan yang membabi buta.

Dimana kefanatikan timbul biasanya karena adanya keyakinan yang tidak lagi didasarkan oleh Logika.

( Note: Walaupun tampak sangat ekstrim sekali, tetapi Logika tidak hanya sebatas “1 atau O”, “Benar atau Salah” saja. Masih ada bagian pengetahuan Logika yang lebih tinggi dan lebih luas, seperti halnya pengetahuan Fuzzy Logic. Pengetahuan yang lebih luas ini, didalam spiritual juga sangat dibutuhkan. Seperti halnya, para pembina spiritual membutuhkan pembinaan Kebijaksanaan.)